top of page
  • Writer's pictureAdmin

Mending Mana, Kerja Lembur Bagai Kuda atau Kerja Secukupnya?

“Barangkali hanya saya inilah project gagalnya ayah”, kata Hans Albert. Ia adalah anak dari Albert Einstein, ilmuwan fisika paling fenomenal dalam sejarah dunia.


Semua orang tahu siapa Albert Einstein. Einstein bukan fisikawan sembarangan. Teori-teori yang dikemukakannya bukanlah teori biasa. Ia banyak bicara dan berpikir tentang bagaimana fisika memodelkan fenomena luar angkasa dan konsep relativitas, sesuatu yang masih menjadi misteri besar di zamannya. Buah pikirnya sungguh menantang fisikawan klasik populer yang sudah jadi panutan di zaman itu: Isaac Newton. Bila Newton bersabda, “gravitasi ada karena massa” maka Einstein memperinci “gravitasi ada karena massa melengkungkan ruang dan waktu” sembari mencoret-coret rumusan yang dikemukakan Newton dan menuliskan rumus baru yang jauh lebih kompleks untuk menghitung gravitasi.

Kiprah akademiknya tak tertandingi. Berbagai penghargaan prestisius berhasil dikoleksinya, dari Matteuci Medal, Franklin Medal, sampai Nobel Prize (pasti kalian hanya tahu Nobel Prize saja kan?). Benar-benar definisi manusia sempurna, setidaknya sampai kamu tahu bagaimana kehidupan pribadinya.


Albert Einstein. Sumber: Pixabay.com

“Saya menganggap istri saya lebih seperti pembantu yang tidak bisa dipecat”, begitu kata Einstein saat ditanya tentang keluarganya. Ini bukan sekadar ungkapan kemarahan, tetapi memang benar-benar menggambarkan bagaimana ia memperlakukan istrinya. Tatkala pernikahannya di ambang kehancuran, Einstein malah menyodorkan kontrak yang harus disetujui istrinya. Penasaran dengan isi kontraknya?


 

KONTRAK NIKAH:

A. Istri wajib menjamin:

1. bahwa baju-baju saya rapi

2. bahwa saya selalu disediakan makan 3x sehari

3. bahwa kamar dan ruang belajar saya harus selalu bersih dan tidak ada seorangpun yang boleh menyentuh meja kerja saya


B. Istri wajib meninggalkan semua hubungan prbadi dengan saya sejauh hal itu tidak sepenuhnya berguna untuk keperluan sosial. Lebih khusus lagi, kamu harus meninggalkan kebiasaan:

1. duduk-duduk di rumah bersama saya

2. traveling atau jalan-jalan bersama saya


C. Istri wajib mematuhi poin-poin berikut dalam hubungan kita:

1. Tidak mengharapkan keintiman dengan saya serta tidak mengkritik saya dengan cara apapun

2. berhenti bicara dengan saya jika saya minta

3. meninggalkan kamar tidur atau ruang belajar sesegera mungkin tanpa basa-basi jika saya memintanya


D. Istri tidak boleh merendahkan saya di depan anak-anak kita, entah lewat kata-kata atau perbuatanmu.

 

Mungkin kamu berpikir, "Masih lebih kejam Einstein daripada suami-suami di FTV Indosiar!”. Walaupun begitu, ternyata istrinya setuju dengan kontrak tersebut. Tetapi seperti yang kita semua bisa duga, pada akhirnya perceraian tak terhindarkan.

Begitu pula hubungan Einstein dengan anaknya. Ia jarang melihat dan memperhatikan anaknya. Itulah sebabnya sang anak sampai berkata bahwa dirinya adalah satu-satunya project gagal sang ayah. Semua project akademis Einstein selalu berhasil, namun dalam berkeluarga, ia gagal.


Inilah permasalahan dari mereka yang kerja gila-gilaan. Mereka sukses, mereka terkenal, mereka menjadi penerobos, menjadi fenomena dunia, namun kehidupan yang terlalu condong pada pekerjaan menyebabkan kehidupan pribadi mereka hancur. Barangkali karena hal ini kita lantas berpikir, “OK, jadi kerja gila-gilaan itu tidak baik. Harus ada balance antara bekerja dengan kehidupan pribadi. Tapi dengan work-life balance apa mungkin bisa diraih kesuksesan segemilang yang Einstein capai?”

Pada dasarnya, terdapat empat ukuran yang mempengaruhi persepsi kesuksesan dan kebahagiaan seseorang.

a. Happiness: Merasa bahagia dalam kehidupan

b. Achievement: Mencapai sesuatu yang diinginkan orang banyak

c. Significance: Berdampak positif bagi orang-orang terdekat

d. Legacy: Menanamkan nilai yang membantu orang lain


Supaya kamu memperoleh kesuksesan dengan rasa bahagia tanpa mengorbankan kehidupan pribadi, kamu harus bisa mengungguli keempat ukuran tersebut secara seimbang. Untuk menjadi unggul dalam setiap ukuran tersebut, tentunya kamu harus mengalokasikan waktumu setiap hari untuk mencapainya. Kalau kamu ingin merasa bahagia dalam berkeluarga, kamu harus mengalokasikan waktumu untuk bersama keluarga. Kalau kamu ingin mencapai posisi tinggi dalam perusahaan, tentu kamu harus mengalokasikan waktumu untuk bekerja lebih giat.

Masalahnya, kita ingin unggul dalam semua ukuran tersebut, namun waktu kita terbatas. Terlalu banyak mengalokasikan waktu untuk bekerja membuatmu sukses mencapai posisi tinggi, namun hubungan dengan keluarga bisa hancur. Begitu pula sebaliknya. Jadi bagaimana cara mengatur waktu dengan baik supaya kita bisa unggul dalam semua ukuran tersebut? Berikut empat cara yang disarankan oleh Eric Barker.


Track Your Time

Ilustrasi Waktu. Sumber: pixabay.com


Kamu tidak bisa menyeimbangkan alokasi waktumu kalau kamu sendiri tidak tahu pada kegiatan apa saja waktumu banyak dihabiskan. Coba ketahui hotspot pemakaian waktumu, alias kegiatan mana yang paling banyak menghabiskan waktumu. Evaluasi kegiatan tersebut, apakah efektif bagi kemajuan usahamu? Apakah begitu mengorbankan waktu personalmu? Apakah membawa dampak bagi orang di sekitarmu?

Ingat, kamu tidak bisa memaksimumkan dua kegiatan secara sekaligus karena keduanya bergantung pada waktu. Yang terpenting untuk dilakukan adalah seimbangkan kegiatan-kegiatanmu sehingga segala aktivitas yang kamu lakukan setiap hari berkontribusi secara seimbang terhadap empat ukuran yang telah disinggung di atas.


Talk to Your Boss/Partner

Ilustrasi bicara dengan partner kerja. Sumber: pixabay.com


Tentu sulit untuk menerapkan rencana alokasi waktu buatanmu kalau atasan atau partner kerjamu (jika wirausaha) tidak menyetujuinya. Coba bicarakan baik-baik hal ini. Utarakan bahwa dengan strategi ini, kamu bisa bekerja lebih efektif dan berdampak baik bagi tempatmu bekerja atau berbisnis. Bicarakan juga dengan keluargamu supaya semua anggota keluarga bisa saling menyesuaikan waktu kosongnya.


Schedule! Not To-Do-List

Ilustrasi Schedule. Sumber: pixabay.com

Banyak orang yang senang sekali menuliskan apa saja yang akan dikerjakan untuk hari ini, namun tidak merinci pembagian waktunya. Kalaupun mengalokasikan waktu, seringkali hanya dilakukan untuk kegiatan-kegiatan pengganggu seperti medical checkup. Sekarang, ubah kebiasaanmu!

Buat batasan waktu yang jelas kapan harus bekerja dan alokasi waktu untuk tiap pekerjaanmu. Anggap batasan waktu ini sebagai deadlinemu. Jadi, kamu merasa terpaksa untuk bekerja seefisien mungkin. Kamu juga bisa menetapkan satu jam “waktu sakral” di pagi hari untuk menyelesaikan pekerjaanmu tanpa gangguan apapun. Jauhkan sebentar semua hal yang dapat mengganggu seperti HP, headset, dll. Jadi kamu bisa yakin bahwa kamu selalu berprogress setiap harinya.


Control Your Context

Ilustrasi lingkungan kerja. Sumber: pixabay.com


Atur lingkungan yang kondusif supaya kamu bisa fokus mengerjakan semua pekerjaanmu secara efisien. Dengan demikian, alokasi waktu yang telah kamu rencanakan dapat kamu jalankan dengan sebaik mungkin tanpa harus mengatur alokasi waktu untuk keluarga dan aktivitas sosialmu.

Salah satu trik yang sering digunakan agar bisa bekerja lebih efisien adalah “20-second rule”. Inti dari 20-second rule adalah membuat kegiatan yang harus dikerjakan lebih mudah untuk dimulai dalam 20 detik dan kegiatan yang sifatnya mengganggu lebih sulit untuk dimulai dalam 20 detik. Misalnya, kamu bisa meletakkan HP di luar ruangan kerja supaya kamu memerlukan waktu lebih dari 20 detik hanya untuk meraihnya di saat harus fokus bekerja.


Bagaimana sobat Jasa Lengkap? Sudah siap mempraktikkan Work-Life Balance? Jangan lupa bagikan artikel ini ke teman-temanmu ya!

Oh iya, Jasa Lengkap juga memiliki jasa pijat verified loh! Harga pasti murah, mulai dari Rp85.000,- aja! Kamu sudah coba belum? Pasti aman, professional, dan termurah hanya di Jasa Lengkap!

bottom of page